Kado yang Menangis
Karya Anisa Nurul islamadina
Hari ini
seharusnya menjadi hari dimana orang-orang yang sayang padaku mengucapkan,
“selamat ulang tahun, Nisa” sambil tersenyum dan memberikan kado untukku. Aku
masih ingat saat ulang tahunku ke-17 teman-temanku menyembunyikan laptopku tapi
aku tak sadar hingga pulang sekolah. Saat itu hujan turun dengan derasnya belum
lagi perutku sudah berbunyi minta diisi. Aku memutuskan untuk pulang saja
karena mungkin bisa saja memang hari itu aku tak membawa laptop. Kurasa
teman-temanku melupakan satu hal bahwa aku orangnya memang pelupa jadi aku
tidak ingat apa aku membawa laptop atau tidak. Haha parah ya? Tapi begitulah
aku.. Teman-temanku pada akhirnya kesal dan memberitahukan padaku bahwa tadi
aku memang membawa laptop. Aku tidak percaya karena aku tidak ingat bahwa aku
memang membawa laptop. Huum.. Akhirnya teman-temanku memberitahu padaku bahwa
sebenarnya mereka menyembunyikan laptopku. Waaaaa! Pantas saja perasaanku dari
tadi tidak enak. Aku langsung menggeledah satu per satu loker di bagian
belakang ruang kelasku. Benar saja ada loker yang dikunci.. Pasti kuncinya
dibawa salah seorang temanku begitulah pikirku saat itu.
Temanku
memberitahu padaku bahwa kunci loker yang berisi laptopku di bawa si *****. Aku
sensor ya..Haha. Katanya si ***** sedang berada di kantin belakang sekolah. Aku
langsung menuju ke sana. Setelah keluar dari pintu… Byuur.. basahlah sudah air
yang kotor dan bau itu melumuri badanku dan membuat basah seragamku. Cerita
selanjutnya mungkin sama dengan beberapa kisah yang para pembaca alami.
Teman-temanku membawakan tumpeng kecil untukku dan seorang temanku yang pada
hari itu dirayakan sekaligus. Sebenarnya tanggal ulang tahun kita tidak sama
cuma sama-sama November aja.. hehe :-)
Hmm.. kalau diingat
begitu indah. Eittss.. STOOOOP! Sekarang aku udah jadi mahasiswi nggak ada lagi
yang namanya acara siraman. Namun aku sebenarnya tidak mau kisah ini terjadi
padaku di hari ulang tahunku. Eyang kakungku yang sebelumnya nggak pernah sakit
semiggu sebelum hari ulang tahunku masuk rumah sakit gara-gara sakit prostat.
Seharusnya di hari ulang tahunku eyangku sudah sehat karena sudah dioperasi,
tapi yang terjadi eyangku justru masuk ruang ICU. Yah, tepat di hari ulang
tahunku 22 November.
Hari itu entah
kenapa aku terlambat masuk kelas dan tidak diizinkan mengikuti mata kuliah
Matriks dan Vektor. Ternyata yang terlambat bukan hanya aku tapi ada 36 anak
yang lain, yang tidak terlambat hanya 11 orang. Biasanya dosenya tidak
mempermasalahkan keterlambatan tapi entah mungkin karena lagi dapet, beliau
jadi sensitif. #padahal dosennya laki-laki..hehe : p
Setelah beliau
keluar ruangan aku masuk ke kelas untuk menanyakan materi dan tugas yang tadi
diberikan dosen pada temanku yang tidak terlambat. Aku langsung mengerjakan
tugas itu. Setelah selesai, aku baru menyadari bahwa ada beberapa SMS yang
masuk dan ternyata itu dari abiku. Aku syok ketika membaca SMS itu. Aku
langsung meminta temanku untuk mengizinkanku untuk tidak mengikuti mata kuliah
Fisika Dasar dan Bahasa Inggris dan bergegas ke rumah sakit.
Aku
benar-benar kehilangan rasa tenangku. Di perjalanan menuju rumah sakit aku tak
bisa menahan rasa sedih yang mengiringi memori-memori yang muncul bersama eyang
kakungku. Aku berdoa,”Ya Allah.. jangan panggil orang yang begitu sabar.. sosok
yang begitu sabar seperti eyang kakungku.. sosok yang tidak pernah marah apapun
alasannya jikalau beliau marah mungkin hanya dipendam dalam hati untuk segera
dimaafkan..di mana aku bisa menemukan sosok seperti itu lagi di dunia ini jika
Engkau mengambilnya Ya Allah..”. Saat itu aku mengingat waktu pertama kali
menengok beliau di rumah sakit. Pasti tidak ada yang menyangka apa yang
diucapkannya saat melihatku datang.
“Nis, sikilmu
wis mari durung?”
(“Nis, kakimu sudah sembuh belum?”)
“Belum, Eyang.
Masih sakit tapi ini udah aku balut pakai kain kassa.”
Dalam hati aku
merinding.. Ya Allah.. Abiku aja nggak pernah nanyain kakiku yang sakit.. Tapi
eyang kakung.. Padahal eyang lagi sakit masih sempet-sempetnya mikirin
keadaanku..
Sebenernya
kakiku udah seminggu lebih kena infeksi nggak sembuh-sembuh. Di beberapa jariku
sama telapak kaki berdarah dan bernanah. Sebenernya sakit buat jalan apalagi
naik motor kan harus nginjek gigi sama rem.. tapi nggak masalah bagiku.. Rasa
sakitku nggak seberapa dibandingin rasa sakit yang dirasain eyang kakungku
begitulah pikirku saat itu.
Keadaan eyang
kakung tak kunjung membaik.. sampai pada tanggal 24 ada salah seorang saudaraku
mengirim SMS bahwa eyang kakungku kritis. Di saat bersamaan sahabat MANku datang
membawa kue ulang tahun. Aku tidak bisa menemani mereka lama karena harus ke
rumah sakit. Aku tidak bisa bahagia melihat kue itu.. ini justru tambah
membuatku takut pada kematian yang bisa saja merenggut eyang kakungku. Meskipun
begitu aku merasa senang sahabat-sahabat MANku masih ingat saja pada hari ulang
tahunku. Makasih banyak ya Mbak Zaza (Ikka Novita Nur Hafizhah) dan juga Tri
Rahmawati..
Aku dan
keluargaku pun langsung menuju ke rumah sakit. Ternyata sesampainya di sana
kondisi eyangku justru membaik. SMS tadi hanya kesalah pahaman. Aku lega
sekali.. Allah masih memberi kesempatan eyangku untuk terus hidup. Tapi itu
hanya sampai pada tanggal 27 November.
Siang itu di
masjid aku dan teman-temanku sedang mengerjakan paper tentang K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). Tiba-tiba abiku menelponku.
“Hallo.
Assalamu’alaikum,”
“Wa’alaikumussalam..mbak..
Mbak Nisa, bisa pulang sekarang? Asyam* sendirian. Abi harus ke rumah sakit.”
*)Asyam:
adikku nomer 6 (umurnya 2th sekarang)
“Lha ini masih
ngerjain tugas, Bi. Nanti juga masih ada kuliah.”
“oh… ya sudah.
Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam
warahmatullah.”
Saat itu aku
berpikir ke rumah sakitnya nanti aja habis kuliah soalnya dari kemarin udah
izin berkali-kali. Aku pun melanjutkan membuat paper. Tak lama kemudian, abiku
menelpon lagi.
“Mbak, Eyang
kritis.”
“Innalillahi
wa inna illahi raji’un.. Ya sebentar,Bi. Aku ke sana.”
Aku sempat berpikir itu hanya kesalahpahaman lagi seperti beberapa hari yang lalu jadi aku memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi baru pergi ke rumah sakit. Tapi tak lama abiku menelpon lagi.
Aku sempat berpikir itu hanya kesalahpahaman lagi seperti beberapa hari yang lalu jadi aku memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi baru pergi ke rumah sakit. Tapi tak lama abiku menelpon lagi.
“Mbak.. Eyang
udah meninggal.”
Gleek..
Rasanya mau
nangis tapi nggak bisa.. Begitu banyak penyesalan.. Tanganku agak gemetar
menjamah barang-barangku untuk segera berkemas menuju rumah sakit. Aku
pasrahkan tugas paper ke teman-temanku.
Lagi-lagi di
perjalanan air mataku tumpah..
Aku tidak bisa
lagi melihat eyang kakungku tersenyum.. Aku tidak bisa lagi mendengar eyang kakungku bernyanyi sambil memainkan
gitar.. Aku tidak bisa lagi menyentuh tangannya yang penuh kasih sayang itu
saat berpamitan pergi ke kampus..
Hal yang lebih
menyesakkanku saat eyang kakungku siuman setelah dioperasi eyangku mengalami
halusinasi. Mungkin itu efek obat bius saat operasi yang masih tersisa. Namun
di tengah alam antara sadar dan tidak, beliau selalu menanyakan jam.. Eyangku
takut kalau tertinggal waktu sholat karena sewaktu beliau sehat selalu langsung
sholat begitu mendengar adzan.. Di tengah alam itu pula eyangku mengatakan
berbagai macam hal yang menjadi tanggung jawabnya untuk dikerjakan oleh kami
sendiri.. Saat itu kami tidak sadar bahwa mungkin itu sebagai salam perpisahan
dan lagi-lagi.. eyangku selalu memikirkan seluruh keluargaku termasuk aku..
Tanggal 27
November, pukul 16.30 eyang kakungku di bawa pulang ke rumah. Di sana sudah
disiapkan tenda untuk pelayat. Malam hari semakin banyak pelayat yang datang,
termasuk sahabat yang sangat aku sayangi Tesa.. Sahabat yang selalu menjadi
orang pertama yang mengucapkan “selamat ulang tahun” di hari ulang tahunku. Ada
satu hal yang membuatku heran ada satu orang sahabatku yang kuanggap dekat
dulunya dan dia juga tinggal tak jauh dari rumahku, tapi dia tidak datang.. Aku
kecewa sebenarnya.. apa dia hanya ada saat senang saja? Padahal rumah Tesa
cukup jauh tapi dia menyempatkan datang bersama ibunya. Apa aku punya salah
padanya? Hanya Allah yang Tahu..
Malam itu, aku
dan adik-adikku membacakan Surat Yasin didekat eyang.. Ku harap eyang mendengar
bacaan Qur’an kami, yang khusus kami persembahkan buat eyang kami tercinta :’
Esoknya aku
berjaga diujung tenda untuk memberikan konsumsi bagi para pelayat. Ada
sahabatku yang datang lagi, dia bernama Mega Oktaviani.. Jazakillah sahabatku J. Saat adzan Dzuhur
berkumandang jenazah eyangku dibawa ke masjid untuk disholatkan. Di situlah aku
menatap keranda hijau bertuliskan Laa illaha illallah lamat-lamat.. dan di
situlah tangisku dan keluargaku pecah.. Sepertinya kami merasa ada sesuatu yang
hilang dari jiwa kami.. Kami merasa kosong.. Hati kami terasa sangat pedih..
Meski aku tahu ini sudah takdir dari Yang Maha Kuasa, Allah SWT..
Kami mengantar
jenazah eyang sampai kembali lagi di tempat asal manusia dulu. Di sana setelah
semua pelayat mendoakan giliranku dan keluargaku mendo’akan lagi khusus untuk
eyangku tercinta. Air mata kami kembali berjatuhan bersama sendunya hati kami. Lalu
kami pulang dan kehidupan kami kembali berjalan meski tetap terasa ada yang
hampa..
Selamat jalan
eyang kakung.. Kami selalu mendo’akanmu.. Semoga eyang mendapat tempat terbaik
di sisi Allah.. Aamiin :’)
Barakallah
buat sahabatku yang milad hari ini tanggal 28 Januari :D
Maaf
ya, aku malah cerita tentang kisah yang menyedihkan ini padamu di hari ulang
tahunmu..
Aku nggak bermaksud membuatmu merasa sedih
tapi aku yakin kamu pasti mengerti apa yang aku maksud..
Sahabat,
di hari yang spesial ini aku ingin kamu menjadi insan yang lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya.. Menjadi insan yang bisa membuat orang lain tersenyum
dan bahagia.. Menjadi seorang hamba Allah yang selalu ingat pada-Nya dimana pun
dan kapan pun.. Menjadi seorang hamba Allah yang selalu taat dan patuh
pada-Nya.. Menjadi hamba Allah yang selalu melakukan sesuatu diniatkan karena
meraih ridho Allah :-)
Makasih
banyak selama ini kamu sudah melukiskan hari-hari yang begitu luar biasa
untukku meskipun kamu jauh di Madinah tapi kamu tetep inget sama sahabatmu yang
selalu membuatmu kesal ini..Hehe
Sahabat,
aku ingin suatu hari nanti bisa melihatmu tersenyum karena aku.. Aku merasa
selama ini kamu yang selalu membuatku tersenyum karenamu.. Tapi aku tetap ingin
ukhuwah yang selama ini kita jalin mendapat ridho-Nya.. Jadi, tetap saling
mengingatkan ya supaya kita bisa menjadi hamba-Nya yang terbaik.. Aamiin
Hmb..
karna kita harus saling mengingatkan aku mau mengingatkan satu hal.. Janji
adalah hutang maka harus kita tepati karena Allah adalah saksinya.. Jadi, buat
siapa pun yang berjanji harus memenuhinya termasuk aku..